Minggu, 25 September 2011

Gaya Hidup Dorong Remaja Terlibat Prostitusi

Gaya hidup dinilai menjadi salah satu faktor utama pendorong remaja terlibat prostitusi.

Gaya hidup remaja sekarang dipengaruhi salah satunya oleh tayangan sinetron di televisi. Remaja digambarkan sebagai sosok modern dengan segala barang yang dimilikinya.

Apalagi remaja sedang berada pada masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Mereka biasanya ingin mencoba-coba sesuatu. Mereka juga ingin dihargai peergroup
-nya (teman sebaya), kata Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Inne Silviane saat di Jakarta, Jumat (16/1).

Inne mengakui memang ada remaja yang terlibat prostitusi disebabkan faktor ekonomi. Tetapi, katanya, kecenderungan sekarang lebih dipengaruhi gaya hidup. Oleh karena itu, remaja harus memahami tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas.

PKBI pernah melakukan penelitian mengenai remaja (usia 10-24 tahun) di beberapa kota besar di Indonesia. Hasilnya mengejutkan, karena 15% hingga 20% remaja mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah.

PKBI memang tidak pernah meneliti secara spesifik pelajar SMP dan keterlibatannya dalam prostitusi. Tetapi, Inne mengatakan, dari hasil penelitian yang dilakukam organisasinya mengungkapkan masih banyak remaja yang tidak memahami mengenai kesehatan seksual dan reproduksi.

Bahkan, ujarnya, sebagian remaja tidak memahami mengapa terjadi kehamilan, menstruasi, dan hal lain yang terkait dengan seksualitas. Minimnya pengetahuan telah membuat para remaja tidak memiliki penangkal dalam soal seksualitas.

Padahal dengan terlibat prostitusi, para remaja itu sangat rentan terinfeksi penyakit menular seperti HIV dan AIDS, jelasnya.

Inne menegaskan, pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi di sekolah menengah sangat penting. Materi yang diajarkan bukan soal hubungan seksualnya, pasalnya di Indonesia berbicara seks masih dinilai tabu. Pendidikan seks lebih menekan pada kesehatan seksual atau reproduksi yang baik.

Ia menyebutkan saat ini ada beberapa sekolah menengah di kota besar telah memasukan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum. Tetapi, jumlahnya masih sangat sedikit.

Untuk menangkal agar remaja tidak terlibat prostitusi, Inne juga menilai peran orang tua sangat penting. Orang tua harus mempunyai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Apalagi remaja yang mulai beranjak dewasa biasanya perlu pengetahuan seks yang memadai.

Komunikasi antara anak dan orang tua harus pula terjalin. Dengan hubungan yang hangat, biasanya akan lebih terbuka dengan persoalan yang dihadapinya. Orang tua harus belajar mengatasi konflik yang dihadapi remaja dan mampu memberi solusinya, papar Inne.(Drd/OL-01)

Sumber: Media Indonesia Online
http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NTY1MDU=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar