Gaya hidup dinilai menjadi salah satu faktor utama pendorong remaja terlibat prostitusi.
Gaya hidup remaja sekarang dipengaruhi salah satunya oleh tayangan
sinetron di televisi. Remaja digambarkan sebagai sosok modern dengan
segala barang yang dimilikinya.
Apalagi remaja sedang berada pada masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa. Mereka biasanya ingin mencoba-coba sesuatu. Mereka juga
ingin dihargai peergroup
-nya (teman sebaya), kata Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) Inne Silviane saat di Jakarta, Jumat (16/1).
Inne mengakui memang ada remaja yang terlibat prostitusi disebabkan
faktor ekonomi. Tetapi, katanya, kecenderungan sekarang lebih
dipengaruhi gaya hidup. Oleh karena itu, remaja harus memahami tentang
kesehatan reproduksi dan seksualitas.
PKBI pernah melakukan penelitian mengenai remaja (usia 10-24 tahun)
di beberapa kota besar di Indonesia. Hasilnya mengejutkan, karena 15%
hingga 20% remaja mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah.
PKBI memang tidak pernah meneliti secara spesifik pelajar SMP dan
keterlibatannya dalam prostitusi. Tetapi, Inne mengatakan, dari hasil
penelitian yang dilakukam organisasinya mengungkapkan masih banyak
remaja yang tidak memahami mengenai kesehatan seksual dan reproduksi.
Bahkan, ujarnya, sebagian remaja tidak memahami mengapa terjadi
kehamilan, menstruasi, dan hal lain yang terkait dengan seksualitas.
Minimnya pengetahuan telah membuat para remaja tidak memiliki penangkal
dalam soal seksualitas.
Padahal dengan terlibat prostitusi, para remaja itu sangat rentan terinfeksi penyakit menular seperti HIV dan AIDS, jelasnya.
Inne menegaskan, pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi di
sekolah menengah sangat penting. Materi yang diajarkan bukan soal
hubungan seksualnya, pasalnya di Indonesia berbicara seks masih dinilai
tabu. Pendidikan seks lebih menekan pada kesehatan seksual atau
reproduksi yang baik.
Ia menyebutkan saat ini ada beberapa sekolah menengah di kota besar
telah memasukan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum. Tetapi,
jumlahnya masih sangat sedikit.
Untuk menangkal agar remaja tidak terlibat prostitusi, Inne juga
menilai peran orang tua sangat penting. Orang tua harus mempunyai
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Apalagi remaja yang mulai
beranjak dewasa biasanya perlu pengetahuan seks yang memadai.
Komunikasi antara anak dan orang tua harus pula terjalin. Dengan
hubungan yang hangat, biasanya akan lebih terbuka dengan persoalan yang
dihadapinya. Orang tua harus belajar mengatasi konflik yang dihadapi
remaja dan mampu memberi solusinya, papar Inne.(Drd/OL-01)
Sumber: Media Indonesia Online
http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NTY1MDU=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar